About Us

Jumat, 03 Juni 2011

Berhadapan dengan Suhu Dingin & Perbedaan Budaya Latihan


[Laporan Langsung] : Hari Kedua Training Camp di Perth, Australia Bersama WBA (31 Mei - 13 Juni )

Hari pertama CLS menghadapi serangkaian test yang dijalankan oleh tim pelatih WBA (World Basketball Academy). Direncanakan ada 2 sesi ; pagi akan dijalankan test fisik dan shooting, dan siang sampai sore latihan teknik serta strategi. CLS Knights memulai latihan di Perth ditengah suhu yang dingin di pagi hari (16 derajat celcius) ditambah dengan hujan lebat dan berangin. 

Kondisi latihan sesi pagi yang dingin dicoba disiasati dengan tambahan warming up oleh pelatih fisik dari CLS Knights sendiri yakni Coach Andre Yuwadi, ternyata tidak cukup untuk membuat tim yang akan menjalankan test ‘bersemangat’. Walaupun dipandang kurang effort dalam berlatih, penampilan barisan big-man CLS Knights di test fisik tersebut tetap mengundang kekaguman dari coach Blair O’Donovan. 

Coach Blair merupakan spesialis pelatih fisik (Strength and Conditioning) dari WBA. Pelatih lulusan Towson University ini memiliki pengalaman menangani tim-tim kuat di belahan dunia. Salah satunya ketika dia menangani Nike All-Asia Camp di Beijing, china pada tahun 2006. Di mengutarakan bahwa :”Big-man CLS Knights punya kecepatan dan lompatan vertikal yang bagus!”.

Siang hari temperature sedikit lebih bersahabat (21 derajat celcius) ditambah dengan matahari yang muncul. Suhu yang nyaman berimbas sangat positif bagi penampilan CLS Knights di sesi latihan siang dan sore. Sesi ini di isi dengan drill shooting, transisi, dan halfcourt defense. CLS jauh lebih siap dan bersemangat di sesi ini sehingga mengundang decak kagum dari tim pelatih WBA di akhir sesi. 

Coach Shawn (asisten pelatih Perth Wildcats- salah satu peserta Liga professional di Australia NBL Australia) yang memberikan menu-menu latihan menekankan kepada teknik tangkap dan tembak,variasi serangan di transisi, dan latihan-latihan untuk memperkuat defense tampak bersemangat dalam memberikan instruksi. Di akhir sesi dia berkomentar bahwa “CLS Knights sangat bagus merespon latihannya, mengingat ini adalah hari pertama CLS Knights berlatih bersama Dia (Coach Shawn). Walau demikian Tim kepelatihan WBA tetap memberikan evaluasi yang cukup tajam terhadap akurasi tembakan dari Dimaz dkk.
Dalam penutupan latihan di sesi siang-sore, Christoper Tanuwidjaja selaku Managing Partner dari CLS Knights, menegaskan bahwa ada banyak perbedaan yang harus di hadapi oleh CLS Knights selama berlatih di Australia. Pertama jelas bahasa dan yang kedua tentu saja budaya latihan. 

Faktor paling mencolok dari budaya latihan ini adalah manajemen pelaksanaan drill yang sangat ketat dan tepat waktu. Tim pelatih WBA selalu menggunakan time dan scoreboard di lapangan untuk mengatur waktu pelaksanaan drill-drillnya. Para pemain CLS Knights ‘dipaksa’ untuk selalu melihat board dalam melaksanakan drill-nya. Satu hal yang sangat positif karena dalam sebuah pertandingan basket,komponen waktu yang tertera di score board dan shoot clock sangat vital dimana semua pemain harus selalu tahu.

Sayang, di Indonesia jarang sekali lapangan yang mempunyai fasilitas shoot clock/time board yang memenuhi syarat, sehingga pemain basket di Indonesia (terutama level pelajar atau mahasiswa) tidak terbiasa dalam ‘kebiasaan’ kecil yang sangat berguna ini yaitu ‘selalu melihat shoot clock/time board sesering mungkin’.

Pertanyaan Coach Shawn kepada tim pelatih CLS Knights di tengah-tengah sesi latihan mungkin menjelaskan salah satu perbedaan kebiasaan latihan di Indonesia dan Australia. Dia bertanya “mengapa para pemain selalu duduk apabila mendapat kesempatan untuk minum sehabis drill ?”. Sepele tetapi sangat menarik, tim-tim di Australia mengenal 2 macam break/istirahat, yaitu ‘water break’ yang berarti hanya minum dan langsung kembali ke lapangan dan ‘rest for ….. minutes’ yang berarti memang istirahat dan boleh duduk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar