Risdianto Roeslan, Sukses Berikan Dua Gelar bagi CLS Knights Tahun Ini
Awalnya tak banyak yang
mengenal pelatih CLS
Knights Surabaya Risdianto
Roeslan di kancah level
tertinggi basket nasional.
Namun, berkat kesuksesan
mempersembahkan dua
gelar tahun ini, nama pelatih
kelahiran Kediri tersebut
langsung melesat. (AINUR ROHMAN, Malang)
SAAT Risdianto Roeslan mengambil
tampuk pelatih kepala dari pelatih
Wan Amran, banyak pihak yang meragukan kemampuannya. Banyak faktor
yang melandasi. Salah satu di antaranya,
jam terbang Risdi –sapaan karib Risdianto–
yang amat minim.
Namun, meraih dua gelar dalam setahun menghapus kesangsian orang
kepada pelatih kelahiran 8 November
1971 itu. Risdi mempersembahkan
trofi pertama bagi CLS pada ajang World Challenge 2011 di Surabaya
Mei lalu. Kemudian, bapak dua anak
itu mengantarkan CLS menjadi juara
Flexi NBL Indonesia Preseason Tournament 2011. Dua gelar itu merupakan
raihan profesional pertama CLS setidaknya
dalam 20 tahun terakhir.
Melatih CLS Knights Surabaya merupakan
pengalaman pertama pria kelahiran
Kediri tersebut menjadi head coach.
Tidak tanggung-tanggung, dia langsung
menukangi tim yang sukses besar di
NBL Indonesia musim lalu itu.
Apalagi, dia menggantikan pelatih
yang punya nama besar di Indonesia,
Wan Amran. Lewat tangan dingin Amran,
yang sekarang pindah ke Garuda
Flexi Bandung, CLS mampu mencatat
sejarah. Yakni, dua kali menjadi runnerup
pada ajang NBL Indonesia Preseason Tournament 2010 dan Championship
Series NBL Indonesia. Dalam dua partai
puncak itu, CLS dua kali dikandaskan
Satria Muda (SM) Britama Jakarta.
Risdi sendiri baru bergabung dengan
CLS Knights tengah musim lalu. Saat
itu dia menjadi asisten Amran bersama
Erwin Triono.
’’Wah, saya selama ini hanya pelatih kampusan,’’
kata Risdi merendah saat ditemui
setelah CLS mengalahkan Aspac Jakarta
pada Minggu lalu (2/10). Risdi selama ini
kondang menjadi pelatih Universitas Gadjah
Mada (UGM) di ajang Liga Bola Basket
Mahasiswa Nasional (Libamanas). Dia
membesut tim tersebut sejak 1997.
’’Mungkin sampai seumur hidup.
Sampai sekarang, kalau ke Jogja, saya
juga masih disuruh melatih,’’ ujar Risdi,
lantas tertawa lebar.
Namun, pengalaman besar dia peroleh
saat menjadi asisten pelatih Satria Muda
(SM) Britama Jakarta Fictor Gideon
Roring medio 2004 hingga 2008. Dia
ikut andil membantu SM menjadi juara
IBL tiga kali, yakni 2004, 2007, dan 2008.
Di tim sesukses SM itulah, Risdi mendapat
mentalitas juara. Saat ini dia berusaha
menyuntikkan semangat pemenang itu
kepada Agustinus Indrajaya dkk.
’’Saya berusaha menularkan apa yang
saya peroleh kepada anak-anak,’’ ujarnya.
Pada musim reguler mendatang, tugas
berat menanti Risdi. Sebab, tim-tim pesaing tentu akan berbenah. Apalagi, bintang
yang absen di turnamen pramusim karena
ikut pemusatan latihan nasional (pelatnas)
Proyeksi SEA Games XXVI akan turun.
’’Yang pasti akan seru. Kami juga akan
mengevaluasi kekurangan tim ini.
Terutama kualitas defense dan mentalitas
pemain,’’ tegasnya.
Sementara itu, para pemain juga nyaman
atas metode kepelatihan yang
diterapkan Risdi. Shooting guard Sandy
Febiansyakh menyebut gaya kepelatihan
Risdi sangat modern. Suami Diah Deasy
Harlina itu, sebut Sandy, juga merupakan
pribadi yang terbuka kepada pemain.
’’Latihannya simpel basket banget. Soal
latihan, Cak Risdi lebih nyantai. Dia tipe
pelatih yang suka mengajar dengan teori
panjang dan sangat detail. Sebab, dia
tidak mau terjadi kesalahan yang berulang.
Di lapangan dia tidak banyak marah. Dia
banyak memberikan motivasi agar kami
bisa lebih nyaman bermain,’’ ucap Keceng
–panggilan Sandy. (*/c4/diq)
Source by Jawa Pos Group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar