About Us

Rabu, 05 Oktober 2011

Istri-Pacar Pemain Kompak, Berkah Jas Pinjaman Mertua


Di Balik Gelar Juara CLS Knights Surabaya 

Sejarah besar bagi CLS Knights Surabaya. Gelar Flexi National Basketball League (NBL) Indonesia Preseason Tournament 2011 merupakan raihan pertama di kasta tertinggi basket nasional. Banyak cerita menarik di baliknya. (AINUR ROHMAN, Malang) 

SAAT buzzer berbunyi, tanda pertandingan usai, pemain CLS Knights Surabaya berhamburan. Mereka berteriak, berpelukan, dan bersorak kegirangan. Kemenangan atas Aspac Jakarta di final Flexi National Basketball League (NBL) Indonesia Preseason Tournament 2011 membuat pemain, pelatih, dan ofisial seakan lupa daratan.

Managing Partner CLS Knights Christopher Tanuwidjaya mungkin adalah orang yang paling gembira. Dia tertawa lebar saat pemain mengangkatnya tinggi-tinggi, bahkan sambil digerojok air minum kemasan.

Gelar tersebut tentu sangat berarti. Sebab, tahun ini performa CLS sedang bagus-bagusnya. Sebelumnya, pada Mei lalu, mereka menjuarai World Challenge 2011 di Surabaya. Itulah gelar profesional pertama bagi CLS dalam setidaknya 20 tahun terakhir.

Sebelumnya, pada level tertinggi basket nasional, CLS dianggap bukan siapa-siapa. Bahkan, pada kompetisi sebelumnya, Indonesia Basketball League (IBL) 2007, CLS menempati peringkat ke sembilan dengan sepuluh peserta liga. Baru setelah manajemen baru masuk dan membawa perubahan fundamental, prestasi CLS terkerek. Mereka menjadi langganan final four.

Pada tahun lalu, saat musim perdana NBL Indonesia diputar, CLS langsung tancap gas. Mereka nyaris juara dengan menjadi finalis preseason tournament dan championship series. Agustinus Indrajaya dkk dua kali kandas oleh Satria Muda (SM) Britama Jakarta.

’’Tahun lalu, pialanya kurang bagus. Tetapi, saya lihat tahun ini desainnya bagus. Karena itu, kami mati-matian memperebutkannya,’’ kata Christopher di ruang ganti pemain lantas tertawa lebar.

’’Mungkin ini gara-gara mertua saya, Sunarto Humardani, meminjami sepatu dan jas sehingga CLS bisa menang,’’ lanjutnya sambil tertawa.

Christopher pantas gembira. Skuad CLS menunjukkan kekuatan mental yang besar untuk merebut gelar. Banyak faktor yang membuat tim kebanggaan Surabaya itu bersinar.
Salah satunya adalah rasa kekeluargaan yang ditunjukkan pemain beserta pacar dan istri mereka. Pada final kemarin, pacar Dimaz Muharri, Tony Agus, Agustinus Indrajaya, dan Wijaya Saputra berkumpul di arena untuk melihat perjuangan pasangan mereka. Ada pula istri Rachmad Febri Utomo dan Andrie Ekayana.

Istri Christopher, Sherly Humardani, mengatakan, dampak kehadiran pacar dan istri pemain sangat besar dalam kemenangan CLS ini. ’’Di belakang suami yang hebat, tentu ada istri yang hebat juga. Kami sering berkumpul bersama untuk memberikan dukungan,’’ terang mantan pemain basket nasional putri tersebut.

Hampir tiap hari, dalam turnamen ini, Sherly tak pernah putus menonton laga-laga CLS.
Pelatih Risdianto Roeslan mengatakan, kemenangan itu menjadi modal yang sangat berharga menjelang seri reguler mendatang. Pria kelahiran Kediri, 8 November 1971, tersebut mantap bahwa CLS akan bisa berbicara banyak.

’’Kami akan terus lakukan evaluasi agar terus mendapatkan yang terbaik,’’ tegasnya.
’’Sekarang mungkin yang bisa mengalahkan CLS hanya CLS sendiri,’’ timpal Christopher.
Risdi –sapaan karib Risdianto Roeslan– memang sempat diragukan. Sebab, dia menggantikan pelatih sebelumnya, Wan Amran, yang sukses membangun tim. (*/c8/diq)

Source : Jawa Pos Group

Tidak ada komentar:

Posting Komentar